70 MITOS SEKS YANG PERLU KITA KETAHUI





dr.Intan Airlina Febiliawanti
"Seks yang memuaskan tidak hanya berkaitan dengan teknik dan genital, tapi juga persepsi dan mekanisme kerja otak"

Hampir sebagian besar pria maupun wanita dewasa mungkin pernah mendengar mitos-mitos yang berkembang seputar seksualitas mereka. Tak jarang mitos-mitos ini dijadikan acuan. Padahal, tak semuanya mengandung nilai kebenaran.

Nah, supaya tak menjadi salah kaprah dan terjebak mitos-mitos tersebut, ada baiknya Anda menyimak kebenaran atau fakta di balik mitos seksualitas kaum Adam ini.

Mitos 1 : Pria mencapai puncak seksualitas pada usia 18


Mitos ini BENAR adanya dengan mempertimbangkan suplai atau produksi hormon-hormon seks di dalam tubuh. Puncak produksi testosteron seorang pria berada di usia 18-an. Adapun puncak produksi hormon estrogen wanita berada pada usia pertengahan 20-an.

"Namun, puncak hormon bukan berarti puncak dari kemampuan seksual," ungkap Marc Goldstein, MD, profesor kesehatan reproduksi dan urologi di Cornell University's Weill Medical College. Oleh karena itu, jangan merasa terlalu tua untuk menunjukkan kemampuan terbaik pada usia berapa pun.

Mitos 2 : Semen berisi cairan low-carb


SALAH. "Semen sebagian besar kandungannya adalah gula buah [fruktosa] dan enzim-enzim, bukan karbohidrat," kata Dr Goldstein. Fakta ini juga dapat memberi penjelasan mengapa istilah oral sex diet tidak berlaku.

Mitos 3 : Masturbasi menghasilkan orgasme lebih kuat

BENAR : Tetapi, ini bukanlah saran yang harus diikuti. "Tergantung dari individunya. Untuk beberapa orang mungkin saja, tetapi belum tentu bagi yang lain. Tidak ada yang lebih baik, selain hanya melakukan intercourse," ungkap Jon L. Pryor, MD, profesor bedah urologi dari University of Minnesota.

Mitos 4 : Rata-rata ukuran saat ereksi adalah 8 inci

SALAH : Para pria tak perlu khawatir. Rileks! Karena angka yang sebenarnya mendekati rata-rata 6 inci.

Mitos 5 : Kerang memicu gairah

SALAH : "Tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan bahwa kerang dapat meningkatkan libido," kata Dr Pryor. "Tetapi, mungkin saja ada efek plasebo. Jadi, apabila hal itu terjadi pada Anda, bagus!"

Mitos 6 : Pria memikirkan tentang seks setiap 7 detik

SALAH : Perhitungan ini sepertinya terlalu berlebihan. Yang benar adalah hanya sekitar 23 persen saja pria yang mengklaim dirinya terlalu sering berfantasi. Dan mungkin sisanya adalah mereka yang terlalu sering mengecek waktu.

Mitos 7 : Menghentikan makan brokoli memperbaiki "rasa" sperma


BENAR : Semen secara alami memiliki rasa yang pahit. Memakan brokoli atau meminum kopi justru akan membuat rasa sperma menjadi lebih buruk.

Mitos 8 : Melakukan hubungan seks sebelum momen penting—seperti pertandingan atau presentasi—dapat mengacaukan atau mengganggu penampilan Anda

SALAH : Para ilmuwan di Swiss melakukan uji ketahanan terhadap stres pada manusia setelah masa 2 hingga 10 jam pasca-hubungan seks. Hasilnya menunjukkan, hingga 10 jam pasca-hubungan seks para relawan benar-benar sudah pulih. Sementara itu, peneliti hanya menemukan sedikit saja penurunan kemampuan pada relawan 2 jam setelah berhubungan seks.

Mitos 9 : Melakukan hubungan seks di dalam air (kolam renang, hot tub, atau shower) akan membunuh sperma

BENAR : Sebagian sel sperma memang akan mati, tetapi menurut Dr. Pryor ini bukanlah sebuah metode atau cara efektif untuk mencegah kehamilan. Walaupun hot tub dapat memicu suhu tinggi pada testis dan membunuh sperma, tentu masih banyak sperma yang tersisa yang akan memburu sel telur untuk dibuahi.

Mitos 10 : Anda bisa kecanduan situs porno


BENAR : Menurut data, memang hanya 1 persen saja dari mereka yang pernah membuka pornografi di internet akan menjadi pencandu. Namun, jika Anda pria yang segera menikah berhati-hatilah karena sekitar 38 persen pencandu pornografi adalah mereka yang sudah menikah.

Mitos 11. Pria lebih menginginkan seks daripada wanita

Tidak juga! Sebenarnya alasan bahwa pria lebih cenderung menginginkan seks daripada wanita bukan hanya karena gairah, tapi lebih pada faktor kenapa para wanita lebih cenderung tidak terlalu memikirkan mengenai seks.

Para wanita cenderung mengerjakan lebih banyak aktivitas rumah tangga sehingga mereka kelelahan dan tak memikirkan soal seks. Hormon pada wanita juga membuat mereka berpikir soal seks pada waktu-waktu tertentu saja di tiap bulan, tidak setiap hari seperti halnya pria! Perlu diingat pula, para wanita cenderung merasa terikat secara emosi ketika berhubungan seks dibandingkan para pria. Tentu saja wanita tidak akan meminta pria melakukan hubungan seks dengannya ketika para kaum Adam bersikap sangat menyebalkan dan tak sesuai dengan keinginan sang wanita!

Mitos 12. Jika Anda punya banyak pengalaman seksual, pasti Anda mengerti bagaimana memuaskan pasangan.
Tidak juga. Memang kebanyakan orang berpendapat bahwa seseorang yang tahu banyak hal soal seks dan telah berpengalaman akan lebih baik daripada pemula. Yah, teknisnya sih begitu. Tapi seks yang memuaskan tidak hanya berkaitan dengan teknik dan genital, tapi juga persepsi dan mekanisme kerja otak, dan tentu saja definisi seks yang memuaskan bagi tiap orang itu berbeda-beda.

Mitos 13. Pasangan yang bahagia memiliki kehidupan seks memuaskan di ranjang. Kalau tidak, ada yang salah dengan hubungan Anda.

Tidak, ini tidak sepenuhnya benar. Kadangkala, pasangan yang berbahagia tidak selalu memiliki kehidupan seksual yang memuaskan, panas membara dan menggairahkan setiap saat! Mungkin saja memang benar bahwa pasangan yang bahagia mempunyai kehidupan seks yang menggairahkan, tapi tidak setiap saat.

Teman Anda bicara soal kehidupan seksnya selalu indah dan membuatnya terbang ke langit ke-7? Hmmm...bisa jadi, tapi benarkah itu? Apa dia mengatakan yang sebenarnya? Ya...mungkin saja dia punya pengertian yang berbeda mengenai seks yang memuaskan! Semua itu subyektif sebenarnya.

Mitos 14. Seks haruslah spontan, jika tidak, ada yang salah dengan hubungan Anda!

Jangan percaya yang satu ini! Tenang saja, pada tahap awal mungkin memang benar akan spontan dan yang spontan biasanya berujung pada seks yang menyenangkan. Tapi setelah 18 bulan, hormon yang membuatnya bergairah membara akan mulai tenang, dan tak jarang bahkan pada 9 bulan sudah menurun, dan ini tidak berarti Anda tidak saling menginginkan.

Tapi ini berarti Anda harus mulai mengingatkan pada diri Anda betapa menyenangkannya seks itu sehingga Anda tetap bisa menikmatinya tanpa merasakan rutinitas. Lagipula, sekali-sekali melakukan seks yang terencana akan terlihat sangat menarik untuk dicoba, Anda akan merasa tidak sabar untuk menunggu saat itu!

Mitos 15. Wanita tak suka pornografi dan bicara "kotor" saat melakukan hubungan seks.


Setiap wanita tentu berbeda. Tak jarang dari mereka juga menyukai hal-hal yang menawarkan keintiman dengan porsi yang berbeda dengan pria tentunya. Sebut saja bunga atau pijatan aromaterapi dari tempat spa. Ada wanita yang suka, tapi ada pula yang tidak.

Semua orang pasti setuju bahwa wanita gila berbelanja, tapi tentu tidak semua wanita demikian. Begitu pula dengan pornografi. Berdasarkan suatu penelitian, tidak semua wanita menyatakan membenci
pornografi.


Mitos 16. Ukuran, lebih besar lebih baik

Apakah Anda merasa intensitas kepuasan Anda bergantung pada ukuran organnya? Salah. Hanya sekitar 4 sentimeter atau seperempat saluran vagina mengandung syaraf sensorik untuk rasa gairah dan orgasme. Jadi, mengapa buang waktu mencoba untuk merangsang dua pertiga internal saluran vagina? Fokuskan perhatian Anda pada hal-hal yang lebih penting.

Mitos 17. Afrodisiak alami bisa menambah libido

Makanan afrodisiak seperti tiram dan stroberi bisa menambah gairah Anda? Nyatanya itu hanyalah efek plasebo. Misalkan saja, jika Anda percaya tiram dan cokelat bisa merangsang secara seksual, Anda akan sangat mungkin menjadi terangsang setelah mengonsumsinya mereka. Afrodisiak tidak memiliki pengaruh yang dapat dibuktikan terhadap libido.

Mitos 18. Pria lebih sering berpikir seks daripada perempuan


Perempuan juga memikirkan seks seperti pria. Ketika Anda berusia 18 tahun dengan hormon yang bergejolak, ada kemungkinan Anda mungkin akan tidur, makan, dan bermimpi tentang seks. Setelah usia tertentu, dorongan seksual laki-laki dan perempuan memang akan menurun. Ini juga tidak berarti bahwa hanya pria yang lebih berani untuk seks, perempuan juga.



Mitos 19. Anda tidak akan hamil jika berhubungan seks saat menstruasi


Salah! Nyatanya sperma dapat tetap hidup dalam diri Anda selama beberapa hari, terutama jika Anda memiliki siklus pendek.

Mitos 20. Perempuan harus mengalami orgasme, jika tidak, ia tidak normal

Ini benar-benar mitos. Beberapa perempuan sebenarnya mengalami orgasme dan tidak tahu tentang hal itu. Pada beberapa perempuan, otot panggul memang tidak berkontraksi banyak. Jadi, jika merasa belum maraih orgasme, jangan panik. Anda masih sangat normal.

Mitos 21. Setiap wanita memiliki G-spot


Ya, memang benar setiap perempuan memiliki G-spot, tapi tidak setiap G spot adalah zona sensitif seksual. Jadi jika Anda tengah berusaha mencari G spot, jangan membuang-buang waktu. Fokus saja pada zona erotis lainnya.

Mitos 22. Seks Hanya Bisa Dilakukan Jika Pasangan Sama-sama Mood

Dikutip dari Health Accrod, tidak sedikit pasangan yang mempercayai mitos ini. Mereka bercinta menunggu mood datang. Padahal kenyataannya, dalam menjalani kehidupan sehari-hari, bisa banyak hal yang bisa membuat mood tersebut hilang. Menemukan waktu yang tepat saat Anda dan pasangan sama-sama mood tentu tidak mudah. Jadi ketimbang menunggu mood tersebut, lakukan saja kapanpun Anda dan pasangan inginkan. Kalaupun salah satu pasangan tidak merasa benar-benar mood, pasangannya masih bisa menunjukkan rasa sayangnya melalui pelukan.
Mitos 23. Seks yang Bagus Adalah yang Spontan

Hasrat untuk bercinta terkadang muncul begitu saja, namun tidak selamanya seks seperti itu mencerminkan kehidupan seks yang baik. Seperti dilansir Health, sesuatu yang tidak dijadwalkan terkadang memang tidak akan dilakukan. Begitu juga halnya dengan seks. Membuat jadwal bercinta di kalender menunjukkan suatu komitmen dan dapat mengantisipasi lebih baik jika sesuatu hal terjadi. Buatlah jadwal keintiman. Tidak harus selalu untuk seks. Bisa juga dengan bermanja-manja, mandi bersama atau makan malam romantis. Pilihlah waktu saat Anda berdua tidak sedang lelah atau banyak pekerjaan.

Mitos 24. Seks harus dilakukan minimal 3 kali seminggu

Seks yang rutin memang bisa melanggengkan hubungan, tapi jangan terlalu terpaku dengan hal itu. Banyak juga pasangan bahagia yang terpisahkan jarak-waktu dan tidak melakukan seks setiap hari atau tiga kali seminggu. Yang paling penting adalah kepuasan masing-masing pasangan ketika bercinta. Ada banyak hal yang memicu kehidupan seksual yang sehat tanpa harus melakukan seks, seperti bermanja, berpegangan tangan, berpelukan dan berciuman secara spontan.

Mitos 25. Lebih Lama, Seks Akan Terasa Semakin Nikmat

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa seks yang nikmat adalah yang pelan tapi pasti. Namun jika Anda tidak memiliki banyak waktu, mempercepat waktu seks bisa jadi solusi. Tinggalkan ranjang, dan beralihlah ke sofa, shower di kamar mandi atau lokasi yang tidak umum untuk menikmati seks secepat kilat. Jangan pernah menganggap seks harus sempurna dan sama untuk setiap pasangan. Pikirkan cara-cara yang menurut Anda berdua paling ideal dan memungkinkan. Asal dijalankan secara sehat dan benar, seks pun bisa dinikmati kapan saja dan dimana saja.

Mitos 26. Hasrat Bercinta Berkurang Karena Menopause


Menurut Banyak wanita yang mengalami menopause malah menjaga keseimbangan hormon dan minat seksnya. Mereka jauh lebih percaya diri dan memiliki banyak pengetahuan mengenai apa yang mereka inginkan sehingga kehidupan seks mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Mitos 27. Testosteron, Hormon Paling Penting untuk Libido


Meskipun testosteron sangat penting untuk libido dan fungsi seksual pada pria dan wanita, hormon lain memainkan peranan juga. Seperti dikutip dari Times of India, estrogen juga sama pentingnya karena dapat membantu meningkatkan gairah bercinta baik wanita maupun pria.

Mitos 28. Lamanya Usia Pernikahan Membuat Anda Saling Tahu Keinginan Masing-masing

Sebaiknya bicarakan segala hal tentang hubungan seksual Anda dengan pasangan mulai dari posisi bercinta yang diinginkan, kehamilan, menopause atau andropause (sering disebut menopause pada pria). Jika Anda mulai melihat perubahan dalam tubuh atau keinginan seksual, pastikan untuk membiarkan pasangan tahu apa yang terjadi. Ingat, komunikasikan apa saja dapat meningkatkan kualitas hubungan Anda berdua.

Mitos 29. Seks Tak Lagi Penting di Masa Tua


Menurut seksolog Dr. Barry Buffman, seperti dilansir The Fox News, mitos di atas jelas salah. Seks justru merupakan kegiatan yang penting di usia senja. Namun tentu saja kualitas serta kuantitas seks di usia senja tak sama ketika Anda berada di usia produktif. Segala sesuatunya butuh penyesuaian. Buffman juga menyarankan para pasangan di usia senja untuk berkonsultasi dulu pada ahlinya sebelum melakukan hubungan seksual.

Mitos 30. Ukuran Alat Vital Pengaruhi Kenikmatan

Ukuran alat genital seringkali disebut-sebut sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kenikmatan bercinta. Semakin besar Mr. Happy, kemampuannya untuk memuaskan pasangan pun semakin besar. Begitu pula sebaliknya, semakin kencang otot vagina, maka kenikmatan pun semakin bertambah. Namun menurut Buffman, mitos itu tak selamanya benar. Tapi yang terpenting adalah bagaimana pasangan mengenali tubuhnya dengan baik, sehingga dapat memilih gaya bercinta apa yang paling tepat bagi mereka.

Mitos 31. Nafsu Seks Pria Lebih Besar Ketimbang Wanita

Sejak dulu dipercaya, pria merupakan mesin seks yang tak kenal lelah. Mereka dianggap sebagai kaum yang identik dengan perilaku seksual. Namun hal itu tak sepenuhnya benar. Wanita pun memiliki hasrat seksual yang sama dengan pria. Sebaliknya, pria juga bisa kehilangan hasrat seksualnya karena alasan yang sama dengan wanita. Misalnya stres, keletihan, kurang percaya diri, dan sebagainya.

Mitos 32. Suami-Istri Tidak Perlu Pakai Kondom

Siapa saja bisa tertular penyakit kelamin. Misalnya lewat air di kolam renang umum, transfusi darah, oral seks, atau WC umum yang tidak bersih. Berhubungan dengan kondom akan mencegah Anda dan pasangan saling menularkan penyakit.

Mitos 33. Orgasme Paling Menentukan Kepuasan Seks

Orgasme adalah salah satu titik yang menyenangkan saat melakukan hubungan seks. Namun bagi perempuan orgasme bukan segala-galanya. Kebanyakan perempuan justru lebih menikmati proses foreplay dibanding penetrasi. Jadi Orgasme tak selalu dapat menyenangkan perempuan.

Mitos 34. Berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta

Faktanya, berhubungan seks bukan cara untuk menunjukan kasih sayang pada saat masih pacaran, melainkan karena disebabkan adanya dorongan seksual yang tidak terkontrol dan keinginan untuk mencoba-coba. Rasa sayang kita dengan pacar bisa ditunjukkan dengan cara lain.

Mitos 35. Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina


Faktanya, tidak selalu hubungan seks yang pertama kali itu keliahatan berdarah. Apabila komunikasi seksual terjalin dengan baik dan hubungan seksual dilakukan dalam keadaan siap dan disertai foreplay yang cukup bisa tidak memunculkan adanya perdarahan.

Mitos 36. Loncat-loncat setelah berhubungan seks tidak akan menyebabkan kehamilan


Faktanya, ketika spermatozoa sudah memasuki vagina, maka spermatozoa akan mencari sel telur yang telah matang untuk dibuahi. Loncat-loncat tidak akan mengeluarkan spermatozoa. Jadi, tetap ada kemungkinan untuk terjadinya pembuahan atau kehamilan.

Mitos 37. Selaput dara yang robek berarti sudah pernah melakukan hubungan seksual atau tidak perawan lagi
Faktanya tidak selalu demikian. Selaput dara merupakan selaput kulit yang tipis yang dapat meregang dan robek karena beberapa hal. Selain karena melakukan hubungan seks, selaput dara juga bisa robek karena melakukan olah raga tertentu seperti naik sepeda dan berkuda. Karena itu, robeknya selaput dara belum tentu karena hubungan seks, malah ada juga perempuan yang sudah menikah dan berhubungan seks berkali-kali tapi selaput daranya masih utuh dan tidak koyak karena selaput daranya elastis.

Mitos 38. Keperawanan dapat ditebak dari cara berjalan dan bentuk pinggul


Faktanya, keperawanan tidak bisa dilihat dari bentuk pinggul atau cara jalan. Keperawanan kadang dipandang dari 2 sisi, bagi yang memandang dari sisi fisik saja (ini berkaitan dengan selaput dara), tapi hanya bisa diketahui melalui hasil pemeriksaan dokter. Jadi hanya dari pemeriksaan khususlah yang memungkinkan diketahuinya selaput dara robek atau tidak serta kemungkinan penyebabnya. Hanya saja keperawanan kembali lagi bukan cuma fisik. Kedua, dari sisi psikososial yang mengacu pada apakah seseorang perempuan sudah pernah melakukan hubungan seks atau belum. Ini sebaiknya yang dijadikan acuan, tetapi keperawanan bukan berarti segalanya di hari begini.

Mitos 39. Perempuan yang berdada besar dorongan seksualnya besar

Faktanya tidak seperti itu. Secara medis, tidak ada hubungan langsung antara ukuran payudara dengan dorongan seksual seseorang. Dorongan seksual itu ditentukan oleh kepribadian, pola sosialisasi, dan pengalaman seksual (melihat, mendengar, atau merasakan suatu rangsangan seksual).

Mitos 40. Masturbasi bisa menyebabkan lutut kopong.

Faktanya, masturbasi tidak menyebabkan lutut menjadi kopong. Spermatozoa tidak diproduksi dan tidak disimpan di dalam lutut, melainkan di testis. Mungkin setelah masturbasi, biasanya timbul rasa lelah, karena masturbasi mengeluarkan banyak energi. Itulah yang membuat menjadi lemas, jadi bukan karena lututnya jadi kosong.

Mitos 41. Sering masturbasi bisa membuat mandul


Faktanya, secara medis masturbasi tidak menggangu kesehatan fisik selama dilakukan secara aman (tidak sampai menimbulkan luka atau lecet). Resiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya bersifat psikologis, seperti perasaan bersalah, berdosa dan kadarnya berbeda-beda bagi setiap orang. Kemandulan justru biasanya akibat dari IMS (infeksi menular seksual) atau penyakit lainnya seperti kanker atau karena sebab fisik lainnya misalnya kualitas sperma yang kurang baik.


Mitos 42. Minuman bersoda akan dapat mempercepat selesainya menstruasi


Faktanya, menstruasi adalah proses pendarahan yang disebabkan luruhnya dinding rahim sebagai akibat tidak adanya pembuahan. Sakit tidaknya atau lancar tidaknya menstruasi seseorang selain dipengaruhi oleh hormon juga dipengaruhi faktor psikis, bukan karena minum minuman bersoda.

Mitos 43. IMS dapat dicegah dengan mencuci alat kelamin

Faktanya tidak ada sabun atau desinfektan apa pun yang dapat mencegah IMS. Justru pada perempuan, jika mencuci bagian dalam vagina terlalu sering akan mempertinggi resiko terkena keputihan karena sabun dapat mengurangi kadar keasaman permukaan vagina yang sebetulnya berfungsi untuk membunuh kuman-kuman normal yang ada.

Mitos 44. Wanita tidak akan hamil jika pria "menarik" sebelum ejakulasi.


Pria tidak selalu tahu kapan cairan ejakulasi mulai merembes keluar, dan bahkan menjelang orgasma, pra ejakulasi (termasuk sperma) dilepaskan dan cukup untuk membuat seorang wanita hamil.


Mitos 45. Ejakulasi dini hanya mempengaruhi laki-laki muda
Beberapa pria memang menemukan bahwa ejakulasi dini dimulai pada awal kematangan seksual, tapi banyak pria juga merasakan masalah tersebut di kemudian hari. Bahkan, ejakulasi dini mempengaruhi 30 persen pria pada suatu waktu dalam kehidupan mereka.

Sering kali, ejakulasi dini pada pria yang berusia 30-an atau lebih tua adalah gejala tambahan disfungsi ereksi atau kelelahan, kondisi kardiovaskuler yang buruk, depresi, kecemasan, atau gejala neurologis.Cara mengatasi termudah adalah silakan gunakan cairan oles anti ejakulasi dini Licengsui. Bisa dipesan pada penulis di 085668089575

Mitos 46. Seks oral lebih aman dari seks vaginal

Nampaknya oral seks memiliki stigma "bebas" sejauh hubungan seksual. Ya, itu tidak dihitung sebagai seks, dan ya, anda bisa mendapatkan penyakit menular seksual dari seks oral. Masih ada pertukaran cairan, yang berarti bahwa penyakit dapat memasuki tubuh melalui luka atau luka kecil di mulut dan tenggorokan.

Mitos 47. Ukuran penis dilihat dari ukuran jari


Benarkah ukuran jempol kaki atau tangan identik dengan ukuran penis? Tentu saja tidak. Sangat tidak masuk akal menghubungkan kedua organ yang sangat berbeda, baik tempat maupun ukurannya ini. Hal ini kadang membuat seseorang jadi malu ketika dilihat jempol kaki maupun tangannya, karena seolah-olah sedang dilihat alat kelaminnya.

Mitos 48. Kehamilan ditentukan oleh orgasme wanita

Beberapa pasangan suami-istri yang sudah sekian lama menikah dan belum punya keturunan menanyakan, apakah gara-gara tidak pernah mencapai orgasme setiap berhubungan seks, membuat wanita tidak dapat hamil?
Faktanya, kehamilan tidak ditentukan oleh kepuasan seks, melainkan oleh pembuahan sel telur oleh sperma yang terjadi pada saat masa subur. Mereka berpikir bahwa pada saat orgasme terjadi pengeluaran sel telur yang siap dibuahi, padahal tidak demikian kenyatannya. Orgasme hanya mengeluarkan cairan yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar Bartholini dan tidak mengandung sel telur. Artinya, tidak ada kaitan atara kehamilan dengan orgasme seorang wanita.

Mitos 49. Orgasme = G-spot


G-spot adalah titik erotis yang ditemukan oleh Grafenberg pada tahun 80-an, yang kemudian dianggap sebagai area yang memudahkan seorang wanita mencapai kepuasan seksual (orgasme).
Para ahli menemukan bahwa bagian tersebut ternyata mengandung saraf-saraf yang sangat sensitif, yang apabila terangsang akan membuat wanita mengalami kepuasan luar biasa pada saat hubungan seksual. Padahal, kepuasan seksual wanita sangat banyak faktornya, antara lain mood yang baik, posisi yang menyenangkan, dan pemanasan yang cukup, tidak hanya dari area G-spot . Tapi memang, titik G-spot akan sangat membantu wanita mendapatkan orgasme.

Mitos 50. Wanita ras tertentu nafsunya lebih hebat

Nafsu atau dorongan seks yang hebat sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain gizi yang baik, pikiran yang sehat, dan pengaruh lingkungan. Misalnya, seseorang yang sering mengakses sesuatu yang membuatnya terangsang akan meningkatkan dorongan seks lebih cepat dibanding seseorang yang tidak merasa perlu mendapatkan rangsangan-rangsangan seperti itu.
Kalaupun ada ras atau komunitas tertentu yang mempunyai dorongan seks yang tinggi dan kelihatan lebih hebat, pasti karena kebetulan lingkungan mereka sudah terbiasa terstimulus oleh hal-hal yang bersifat erotis, atau karena kebiasaan-kebiasaan yang sering mereka lakukan, seperti olah raga teratur, pola makan seimbang, dan istirahat cukup. Pengetahuan seks yang baik juga sangat menentukan kehebatan seseorang pada saat melakukan hubungan seks.


Mitos 51. Vagina kering lebih OK


Mitos seperti ini justru menjerumuskan, karena kondisi vagina yang sangat lembap dengan keasaman tertentu sangat dibutuhkan untuk kenyamanan seseorang pada saat beraktivitas fisik, termasuk aktivitas seksual. Bisa dibayangkan jika vagina dalam keadaan kering, tentu hubungan seks menjadi sangat tidak menyenangkan dan pasti menyakitkan. Maka, tak salah bila dalam hubungan seks wanita membutuhkan pemanasan yang cukup, ditunjang mood yang baik, lubrikasi atau keluarnya cairan pelumas sangat membantu kenyamanan dalam hubungan seks. Coba bayangkan jika hubungan seks dilakukan dalam keadaan vagina kering dan tidak mengeluarkan pelumas.

Mitos 52. Seks sama dengan hubungan badan


Di Barat, stimulasi oral dan manual dinamakan ‘foreplay’ dan bukan seks kecuali penis dimasukkan ke dalam vagina. Pandangan seksualitas yang sempit ini banyak pasangan berhenti bercinta pada saat di mana hubungan badan tidak mungkin dilakukan.

Mitos 53. Seks adalah tanggung jawab lelaki

Banyak perempuan mengharapkan laki-laki untuk mengajaknya berkencan, mencari uang lebih banyak, dan mengambil tanggung jawab untuk memulai seks dan memberinya orgasme. Pemikiran itu sangat membatasi laki-laki dan perempuan.


Mitos 54. Laki-laki selalu siap dan menginginkan seks

Laki-laki tidak pernah diharapkan berkata ‘tidak’ atau tidak pernah dibiarkan tidak mood jika berhadapan dengan perempuan. Dan sudah tentu perempuan tidak dapat menunjukkan kehangatan atau ketertarikannya kecuali ia menginginkan seks karena laki-laki tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri.

Mitos 55. Seks memerlukan ereksi


Seorang lelaki dapat memberi dan menerima kenikmatan tanpa menjadi ereksi. Hubungan seksual pun dapat dilakukan dalam semi-ereksi.

Mitos 56. Seks harus berakhir dengan orgasme


Sebagian perempuan tidak berbohong saat mengatakan dapat menikmati percintaan walaupun tidak mencapai orgasme. Saat laki-laki bertambah tua, mereka juga dapat bercinta tanpa perlu mencapai orgasme atau ejakulasi.

Mitos 57. Perempuan yang menyenangi seks adalah promiskuitas


Masyarakat tidak mempercayai perempuan yang menyenangi seks. Mereka akan disebut ‘pelacur’ sedangkan perempuan yang tidak tertarik terhadap seks atau sulit mencapai orgasme dipandang sebagai ‘perempuan sedingin salju’.

Mitos 58. Wanita tidak terlalu tertarik film erotis

Penelitian yang dilakukan Stanford University, California, membuktikan mitos tersebut salah. Menurut penelitian tersebut, film porno terbukti bisa membuat wanita bergairah hanya dalam hitungan menit. Hanya saja, wanita lebih suka film erotis yang ada ceritanya.

Mitos 59. Sinar matahari bisa meningkatkan gairah pria

Menurut penelitian yang dilakukan di Austria, mitos di atas memang benar adanya. Penelitian tersebut mengungkapkan berjemur di bawah sinar matahari selama satu jam bisa meningkatkan level testosteron pria 70%. Hanya saja sebaiknya jangan lupa memakai sun block karena si dia bisa berisiko terkena kanker kulit jika terlalu terekspos sinar matahari.

Mitos 60. Puncak seksual wanita adalah di usia 28 tahun, sementara pria 18 tahun

Faktanya, kapan waktunya puncak seksual tergantung dari orang tersebut. Namun pada wanita, level estrogen berada pada puncaknya di usia 20-an. Sementara pria, hormon mereka memuncak di masa-masa remaja.

Mitos 61. Vibrator bisa membantu wanita mencapai klimaks


Kebanyakan wanita yang melakukan masturbasi, tidak bisa mencapai orgasme kurang dari satu menit hanya dengan bantuan diri mereka sendiri. Namun dengan sex toys, seperti vibrator, orgasme itu dapat datang lebih cepat. Sex toys, seperti vibrator sebenarnya mudah digunakan. Namun kebanyakan wanita berpikir alat itu hanya bisa dipakai untuk masturbasi, tidak bersama pasangan.

Mitos 62. Ketimbang wanita, pria lah yang sebenarnya lebih peduli panjang penis mereka


Mitos di atas rupanya benar. Menurut sebuah penelitian, 85% wanita mengaku puas dengan ukuran penis pasangannya. Sementara hanya 55% pria yang bahagia dengan ukuran penis mereka. Sementara 90% wanita berpikir lebar penis lebih penting daripada panjangnya.

Mitos 63. Hubungan seks dengan perempuan yang belum pernah menstruasi tidak mungkin mengakibatkan kehamilan

Faktanya, kehamilan bisa terjadi saat adanya pelepasan sel telur dan adanya sel sperma yang masuk disaat yang bersamaan, sehingga terjadi pembuahan. Pelepasan sel telur yang disebut sebagai ovulasi terjadi sebelum menstruasi, bila saat ovulasi tidak terjadi pembuahan barulah akan terjadi menstruasi. Sehingga bukan tidak mungkin, seorang perempuan yang saat ovulasi pertama nya langsung mengalami pembuahan akan mengalami kehamilan tanpa pernah mengalami menstruasi sebelumnya.

Mitos 64. Perempuan yang tangannya berambut lebat memiliki nafsu seksual yang besar


Mitos ini sering membuat para remaja perempuan yang memiliki intensitas rambut tangan lebih banyak menjadi bahan ejekan teman-temannya. Faktanya: Nafsu seks dipengaruhi oleh adanya hormone testosterone. Hormone ini juga berpengaruh pada intensitas rambut di luar kepala, bila ada reseptor (zat spesifik yang memungkinkan hormone menimbulkan efek) pada area tersebut. Perempuan yang memiliki rambut lebih lebat bukan berarti hormone testosterone nya lebih tinggi, tapi karena memiliki reseptor hormone lebih banyak pada daerah tangan.

Mitos 65. Masturbasi bisa menyebabkan impotensi

Impotensi sama sekali tidak terkait dengan masturbasi, karena masturbasi adalah hal yang sehat dan tidak memiliki efek buruk pada tubuh. Selain itu masturbasi juga mencegah kaum remaja melakukan seks secara nyata dan memiliki hubungan seks tanpa kondom.

Demikianlah mitos-mitos seks yang berkembang di masyarakat, remaja hendaknya dapat menyikapi dengan bijak mitos-mitos yang berkembang dan mencari tahu fakta-faktanya.

Mitos 66. Hasrat Bercinta Berkurang Karena Menopause

Menurut Banyak wanita yang mengalami menopause malah menjaga keseimbangan hormon dan minat seksnya. Mereka jauh lebih percaya diri dan memiliki banyak pengetahuan mengenai apa yang mereka inginkan sehingga kehidupan seks mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Mitos 67. Orgasme Terjadi Hanya Lewat Penetrasi Penis


Fakta: Perempuan lebih sering mendapat orgasme lewat alternatif lain
Hasil penelitian menunjukkan, hanya sedikit persentase wanita yang sering mengalami orgasme melalui penetrasi penis ke vagina. Sisanya, wanita lebih sering memperoleh orgasme melalui hal-hal lain di luar penetrasi penis. Misalnya, sentuhan pada klitoris, foreplay yang intens, dan sebagainya.

Mitos 68. Seks adalah Sesuatu yang Alami



Ini kalimat andalan orang tua ketika ditanyai tentang seks oleh anak mereka yang sudah memasuki pubertas. Orang tua beranggapan anak-anak akan tahu dengan sendirinya. Alasannya, mereka tidak memiliki pengetahuan seksual yang memadai atau punya pengetahuan yang memadai, tapi tidak tahu cara menyampaikannya.

Fakta: anak-anak sudah melek teknologi, di mana semua informasi mudah diperoleh, termasuk tentang seksualitas. Info seksual yang diterima bisa salah dan menyehatkan.

Mitos 69. Pendidikan Seks itu Berbahaya

Dalih ini muncul dari guru sekolah yang mengajar materi seksualitas, semisal guru biologi, guru agama, atau guru pendidikan jasmani. Pandangan ini menunjukkan bahwa seks adalah hal yang negatif. Jadi, merasa tidak perlu memberikan pendidikan seks dalam kurikulum sekolah.

Fakta: seks dianggap sebagai hal yang kotor dan orang berpandangan kenikmatan seksual sebagai sesuatu yang memalukan.



4. Mitos 70. Budaya Timur Selalu lebih baik dari Budaya Barat


Istilah "budaya Timur" membuat pembicaraan perilaku seks pranikah, di luar nikah, pelacuran, dan homoseksualitas menjadi tabu. Padahal tidak pernah jelas definisi budaya Timur. Budaya Timur dianggap sebagai reaksi terhadap budaya Barat yang bebas dan mengarah ke negatif.

Fakta: semakin ditutupi pembicaraan tentang seks, semakin mudah timbul penyimpangan seks. Contohnya adalah pornografi, pelecehan, pemerkosaan, dan perselingkuhan.

Sebagian norma seksual yang menjadi mitos seksual harus dibongkar karena membuat masyarakat tidak memiliki pengetahuan seksual yang benar dan memadai.